NAJIS ITU ADALAH DIRI KITA SENDIRI
Assalamualaikum waramatullahi wabarrakatuh
Santapan qolbu ku
“Siapa yang tidak kenal dengan Abu Yazid Al-Bustomi”
Beliau adalah seorang Syaikh Atau Pemimpin Kaum SUFI Di Zamannya… Namun Siapa Sangka Beliau Pernah Mendapatkan ilmu yang sangat Berharga dari Seekor Anjing di tepi Jalan,,
Seperti biasa Abu Yazid Al-Bustomi suka berjalan Sendiri di Malam Hari… Lalu dia melihat Seekor Anjing berjalan Terus ke arahnya,,Anjing itu dengan bersahaja berjalan dan tidak Menghiraukan Sang Syaikh…
Namun ketika sudah hampir dekat
Abu Yazid AL-Bustomi mengangkat Jubahnya khawatir tersentuh Sang Anjing Yang Katanya Najis itu…
Spontan Anjing itupun berhenti dan terus memandangnya
Entah bagaimana Abu Yazid AL-Bustomi seperti mendengar seakan anjing itu berkata Kepadanya ;
“Hai Syaikh…
Tubuhku Kering dan Tidak Akan menyebabkan Najis di Badanmu… Kalaupun Engkau itu merasa terkena Najis
Engkau tinggal Membasuh 7 Kali dengan Air dan Tanah
maka Najis itu akan hilang dengan Sendirinya…
Namun Jika Engkau Mengangkat Jubahmu karena nenganggap Dirimu yang berbaju dan berbadan manusia itu dan Merasa lebih Mulia Dari Seekor Anjing
Dan menganggap Diriku Yang Berbadan Anjing ini Najis dan Sangatlah Hina
Maka Najis yang menempel di hatimu itu tidak Akan bisa bersih walaupun Engkau membasuhnya dengan 7 Samudera Lautan…
Abu Yazid AL-Bustomi tersentak dan Meminta Maaf Pada Sang Anjing… Sebagai Tanda Permohonan Maafnya yang ikhlas
Beliau Lantas Mengajak Sang Anjing itu Untuk Bersahabat dan Berjalan bersama
Tapi Seekor anjing itu Menolaknya
Dan Seekor Anjing Seraya Berkata :
“Engkau Tidak Layak Berjalan Denganku Ya Syaikh Abu Yazid AL-Bustomi”
Karena Mereka Yang Memuliakanmu Akan Mencemoohmu dan Melempari Aku Dengan Batu…
Aku Tidak Tahu Mengapa Mereka Menganggapku Begitu Sangat Terhina
Padahal Aku Berserah Diri Pada Sang Pencipta Atas Wujudku Yang seperti ini…
” Maka Lihatlah….. !!!
Aku Juga Tidak Menyimpan Dan Membawa sebuah Tulang pun
Sedangkan Engkau Masih Menyimpan Sekarung Gandum
Lalu Anjing itupun Berjalan Meninggalkan Abu Yazid AL-Bustomi Yang Masih Terheran-Heran…!!!
Abu Yazid AL-Bustomi Masih Terdiam
Dan di dalam hatinya Bertafakkur : “Duhai Allah Swt Untuk Berjalan Dengan Seekor Anjing Ciptaan Engkau saja aku tidak layak
Bagaimana Aku Merasa Layak Berjalan Bersama Dengan Engkau Ya Allah Swt”
Ampunilah Aku Dan Sucikan Hatiku Daripada Najis Hatiku ini.”
Sejak Peristiwa itu
Syaikh Abu Yazid AL-Bustomi pun Senantiasa Memuliakan Dan Mengasihi Semua Makhluq Allah Swt Tanpa Syarat…!!!
Baca Juga:
- Hikmah Di Baluk Sakit
- Adap Berbicara
- 8 Pintu Syurga
- Kota Tahrim
- Sebab Fakir
- 10 Hal Yang Di Larang
- Guru Sekumpul
- Anak Durhaka
- Najis Adalah Diri Kita Sendiri
I’TIBAR BUAT KITA SEMUA
“Janganlah Menganggap Diri kita Lebih Suci Dan Sempurna Dari pada Yang Lain”
“Sesungguhnya Allah Swt Lebih Mengetahui Siapa” Hambanya Yang Lebih Suci Di Antara Hamba-HambaNya yang Lain.”
Prinsip yang harus dipegang adalah jangan selalu merasa diri sudah baik, namun berusaha terus untuk memperbaiki diri menjadi lebih baik.
Allah Ta’ala berfirman,
هُوَ أَعْلَمُ بِكُمْ إِذْ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ وَإِذْ أَنْتُمْ أَجِنَّةٌ فِي بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى
“Dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.” (QS. An Najm: 32).
Janganlah engkau mengatakan dirimu suci, dirimu lebih baik. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
لاَ تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمُ اللَّهُ أَعْلَمُ بِأَهْلِ الْبِرِّ مِنْكُمْ
Jika kita ingin memiliki tahu bahayanya menganggap diri lebih baik, maka coba lihatlah pada kekurangan kita dalam ketaatan.
Lalu lihat para orang yang menyatakan kita baik. Maka kalau seandainya mereka tahu kekurangan kita, pasti mereka akan menjauh.
Seharusnya sikap seorang muslim adalah mengedepankan suuzhon (prasangka jelek) pada diri sendiri. Ia merasa dirinya serba kurang.
Tak perlulah ia memandang kejelekan pada orang lain. Kita ingat kata pepatah, “Semut di seberang lautan nampak, namun gajah di pelupuk mata tak nampak.”
Dari Abu Hurairah, ia berkata,
يُبْصِرُ أَحَدُكُمْ القَذَاة فِي أَعْيُنِ أَخِيْهِ، وَيَنْسَى الجَذَل- أو الجَذَع – فِي عَيْنِ نَفْسِهِ
“Salah seorang dari kalian dapat melihat kotoran kecil di mata saudaranya tetapi dia lupa akan kayu besar yang ada di matanya.” (HR. Bukhari ).
Harusnya kita melihat contoh Abu Bakar, ia malah berdoa ketika dipuji oleh orang lain.
اللَّهُمَّ أَنْتَ أَعْلَمُ مِنِّى بِنَفْسِى وَأَنَا أَعْلَمُ بِنَفْسِى مِنْهُمْ اللَّهُمَّ اجْعَلْنِى خَيْرًا مِمَّا يَظُنُّوْنَ وَاغْفِرْ لِى مَا لاَ يَعْلَمُوْنَ وَلاَ تُؤَاخِذْنِى بِمَا يَقُوْلُوْنَ
Allahumma anta a’lamu minni bi nafsiy, wa anaa a’lamu bi nafsii minhum. Allahummaj ‘alniy khoirom mimmaa yazhunnuun, wagh-firliy maa laa ya’lamuun, wa laa tu-akhidzniy bimaa yaquuluun.
[Ya Allah, Engkau lebih mengetahui keadaan diriku daripada diriku sendiri dan aku lebih mengetahui keadaan diriku daripada mereka yang memujiku.
Ya Allah, jadikanlah diriku lebih baik dari yang mereka sangkakan, ampunilah aku terhadap apa yang mereka tidak ketahui dariku, dan janganlah menyiksaku dengan perkataan mereka] ( Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman, 4: 228, no.4876. Lihat Jaami’ul Ahadits, Jalaluddin As Suyuthi, 25: 145, Asy Syamilah)